Sabtu, 19 Oktober 2013

Sekapur Sirih



SEKAPUR SIRIH
                Dari perjalanan seseorang dalam perenungan sampailah pada titik tertentu dimana hidup mungkin hanya dapat dipahami sambil melihat kebelakang, tetapi kehidupan harus dihayati kedepan.
            Seorang Antropolog menghormati sejarah, tetapi tidak memberi nilai khusus padanya. Ia mengkonsepkan sebagai studi dasar sendiri. Ia menguraikan masyarakat manusia dalam waktu, yang lain dalam ruang.
            Bahasa dan seni adalah ciptaan manusia dan tidak dapat memperoleh akses langsung pada realitas, atau membuat hadir di depan kita. Ada ketidakhadiran, jarak tafsiran, kata kata dan wacana dapat mencakup banyak tingkatan makna yang berbeda beda pemikiran baru ( dekonstruksi ) membuka tabir kemungkinan makna yang begitu banyak aspek yang tidak disadari.
            Cerita besar jenis apapun, baik yang bersifat keagamaan, filsafat, ataupun ilmiah terbatas dan terkondisikan secara historis. Dalam banyak hal cacat dan tidak utuh karena keniscayaan. Cerita ini secara  sederhana mengklaim terlalu banyak bagi dirinya mungkin hanya cerita pemahaman yang bersifat lokal. Generasi kita lebih sadar secara ironis, lebih dari generasi terdahulu .
            Kita menyadari bahwa kita anak zaman, kita dan kita bermain main dengan ide dan gaya hidup dari zaman lain dengan sengaja . Ada persaingan antara klaim kebenaran, tipe wacana, bentuk pengetahuan dan gaya hidup. Toleransi, keterbukaan dan fleksibilitas merupakan makanan sehari hari.
            Ada kecurigaan terhadap landasan yang menjadi dasar kebenaran yang menjustifikasi posisi kita, kita menghadang sesuatu sebagai mana kita memandangnya. Serta memaksakan satu kadar keteraturan dan makna tertentup ada masyarakat ,tetapi semua itu membawa kita kemana ? bergesernya cara pandang, wacana, sikap pengertian dari belantara keilmuan dan derap langkah peradaban. Kata seorang bijak Roland Barther :Melalui seni kita bisa digerakkan secara intensif oleh sesuatu yang tidak ada, tidak pernah ada, dan tidak pernah dapat ada. Didukung pendapat seorang Jean Franqois Lyotard :Tekhnologi merupakan permainan yang tidak berhubungan dengan yang benar adil dan indah dan lain lain. Tetapi dengan efisiensi .
            Namun saya tak hendak menafikan bahwasanya pernah lewat pemahaman kesenian dari pemahaman yang lain dan itu proses dalam perjalanan. Dunia seni menyaksikan kelahiran dunia baru Kubisme ,Dadaisme, Suryalisme, dan Futurisme. Tidak ada lagi artis yang memotret realitas dengan meniru dan memotret jumlah gambar meledak, orang mengabaikan aturan perspektif dan warna digunakan dengan mengabaikan jenis dan pencahayaan. Gerakan baru dalam arsitektur itu minimalis melucuti dekorasi sampai kedasarnya,  mencari desain secara geomitris dan harmonis gaya universal yang melewati batas negara. Kubisme juga dapat bermain dengan geomitri tetapi suryalis sungguh-sungguh dibawah sadar dan membiarkan imajinasi mengalir dan sampailah pada kesimpulan merangkum semua ide argumentasi dan paradoks yang menyindir maka terbukalah!
Terbukalah terhadap ide
Terbukalah terhadap cinta
Terbuka terhadap panggilan dan kehadiran yang lain. Anda tidak sendirian ,terkurung, sel penjara yang hidup kita buka batas batas terhadap orang lain ,Bisa jadi akan menemukan diri kita sendiri memberi kepada yang lain. Inilah kebebasan sejati, Semoga .
            Ilusi menguasai diri kita ,kita tidak menguasai nasib kita atau planet ini ,Tidak benar! Semua itu terjadi dengan kita mengalir.
Wassalam Maman PS.

Jumat, 18 Oktober 2013

Maman PS Berkelana Memburu Keindahan



MAMAN PS BERKELANA MEMBURU KEINDAHAN
Oleh : Agus Koecink
www.artsurabaya.com

Maman salah satu pelukis yang paruh hidupnya mengembara dari satu kota ke kota yang lainnya, sebuah perjalanan panjang yang sampai hari ini terus dilakukan.Hidup baginya merupakam rangkaian perjalanan panjang begitu juga sesuatu yang mengiringi dalam kehidupan itu sendiri. Sebagai seorang pelukis poster yang lahir di klaten Jawa Tengah tentu dalam menapaki dunia keseniannya sudah mengalami pahit dan getirnya belantara seni rupa yang ada di Indonesia. Masa sedih, pahit,gembira dan masa keemasan telah dilaluinya tapi apakah sampai hari ini ia akan tetap berkelana, tentu usia dan kesehatan yang tidak bisa dikompromikan. Mengamati karya-karya yang lahir dari pengembaraan panjangnya kita bisa menikmati indahnya Indonesia dari goresan dan warna-warni ekspresi karya Maman.Semua itu tercipta karena situasi sosial yang terjadi saat Maman berkelana pada masa lalu dan situasi terkini.Memang pada dasarnya situasi-situasi tertentu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat bisa menjadi ide penciptaan karya seni. Karya seni yang lahir dari sang seniman merupakan perjalanan waktu yang tiba-tiba berhenti dihati pelukis karena adanya sesuatu yang indah, elok, dan mempesona. Semua itu mempengaruhi sikap batin sang seniman dalam mengejar waktu dan keindahan yang diberikan oleh alam semesta. Alam semesta dalam pandangan Tao merupakan sumber keindahan.Maka sebagai sumber keindahan, manusia diperbolehkan untuk mengambil inspirasi dalam elemen-elemen kekuatan alam. Manusia boleh mencontoh, menggubah, mengambil enerji, dan menirunya menjadi sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupan. Tetapi apakah demikian yang dilakukan Maman dalam proses perjalanan berkeseniannya. Tentu setiap seniman akan berbeda dalam mencari inspirasi. Maman dalam pengamatan saya terhadap karya-karya yang telah dilahirkan berusaha meniru alam semesta dan mengeksplorasi menjadi miliknya. Sesuatu yang menggetarkan hatinya dan dirasakan sesuatu itu mempunyai nilai keindahan maka maman memindahkannya dalam kanvasnya. Maman memang bukan Affandi yang bisa mengekspresikan secara cepat dalam sebuah penciptaan karyanya. Maman membutuhkan perenungan baru mendapatkan sesuatu untuk dilukiskan dalam kanvasnya. Karya-karyanya menunjukan tanda-tanda yang dimulai dengan perenungan atau mungkin bertapa dalam kesunyian alam Indonesia. Menangkap enerji yang berkeliaran disekitar gunung, lembah, hutan, kota, dan pantai. Belum lagi alam imajinasinya yang menyatukan berbagai gejala dalam masyarakat yang menarik untuk diangkat dalam karya seni lukisan.Maman terus bergerak di usianya yang tidak pada masa lalu itu. Kini Ia harus bergerak pada jaman budaya global yang sesuatunya penuh dengan kecepatan.kemampuan maman dalam merenungi perjalanan waktu kreatifnya ternyata masih bisa dilihat dalam karya-karyanya yang lahir pada jaman global ini. Tetapi kemampuan bergerak tentu juga terkendala kondisi badan karena usia sudah tidak muda lagi tetapi semangat dalam penciptaannya masih menyisakan kekuatan-kekuatan teknik posternya.Maman dan karyanya merupakan gambaran social kondisi seni rupa Indonesia ia merupakan bagian dari bunga-bunga yang menghiasi pertumbuhan dan perkembangan seni rupa nasional. Sebagai jiwa seorang pelukis Maman tetap berjuang untuk menunjukan pada masyarakat seni tentang seni lukis hasil ciptaannya apakah itu berupa karya naturalis, abstrak, dan kekinian.Kini dalam pameran tunggal, Maman telah membuktikan dan membuat sejarahnya sendiri tentang dunia seni lukisnya.Memberikan suguhan bagi masyarakat untuk mengapresiasi  makna apa yang terkandung pada setiap karya yang diciptakannya.Bagi Maman sendiri pameran bukan sekedar pameran tapi ia ingin ada ruang dialog yang membincangkan proses kreatifnya selama bergelut dalam wacana seni lukis. Tentu banyak pengalaman yang bisa diambil dari karya-karya Maman terutama spiritnya yang tidak kalah dengan generasi muda untuk terus mencipta dan mencipta sebagai bentuk tanggungjawabnya pada masyarakat seni di tanah air.Memang sosok seniman dan masyarakat tidak bisa dipisahkan apalagi dalam karya-karya Maman kehidupan sehari-hari banyak menjadi tema. Pertanyaan sekarang pada Maman dalam perjalanan panjang seni lukisnya apa yang dicari ?. Mari kita dialogkan persoalan-persoalan dunia kesenilukisannya pada Mamanm siapa tahu dalam karyanya terkandung nilai-nilai keindahan dari sesuatu yang diburu untuk menunjukan identitas dan karakter seni lukis pribadinya.

                                      -----------------------------------------------

Kamis, 17 Oktober 2013

Konsep Ide Dasar Lukisan



Konsep Ide Dasar Lukisan

Dari perjalanan seseorang dalam perenungan sampailah pada titik tertentu dimana hidup mungkin hanya dapat dipahami sambil melihat kebelakang, tetapi kehidupan harus di hayati kedepan.
Seorang antroplog menghormati sejarah, tetapi tidak memberikan nilai khusus padanya ia mengkonsepkan sebagai studi dasar nya sendiri, yang menguraikanrangkaian masyarakat manusia dalam waktu, yang lain dalam ruang.

Bahasa dan seni adalah ciptaan manusia dan tidak memperoleh akses langsung pada realitas, atau membuat hadir di depan kita. Ada ketidak hadiran, jarak tafsiran kata-kata dan wacana dapat mencakup banyak tingkatan makna yang berbeda-beda .Pemikiran baru (dekonstruksi) membuka tabir kemungkinan makna yang begitu banyak aspek yang tidak disadari.
Cerita besar jenis apapun baik yang bersifat keagamaan, filsafat, ataupun ilmiah terbatas dan terkondisikan secara historis dalam banyak hal cacat dan tidak utuh karena keniscayaan. Cerita ini secara sederhana mengklaim terlalu banyak bagi dirinya mungkin hanya cerita pemahaman yang bersifat local. Generasi kita lebih sadar secara ironis, lebih dari generasi terdahulu.
Kita menyadari bahwa kita anak zaman kita dan kita bermain-main dengan ide dan gaya hidup dari zaman lain dengan sengaja. Ada persaingan antara klaim kebenaran, tipe wacana bentuk pengetahuan dan gaya hidup toleransi, keterbukaan dan fleksibilitas merupakan makanan sehari-hari.

Ada kecurigaan terhadap landasan yang menjadi dasar kebenaran yang “menjustifikasi” posisi kita. Kita menghadang sesuatu sebagaimana kita memandangnya serta memaksakan satu kadar keteraturan dan makna tertentu pada masyarakat tetapi semua itu membawa kita ke mana?
Bergesernya cara pandang wacana, sikap pengertian dari belantara keilmuan ndan derap langkah peradaban. Kata sesorang bijak ‘Roland Bhaer’ : melaui seni kita bisa digerakan secara intensif oleh sesuatu yang tidak ada, tidak pernah ada, dan tidak pernah dapat ada. Di dukung pendapat seorang Jean Franqois Lyotard : teknologi merupakan permainan yang tidak berhubungan dengan yang benar, adil, indah dan lain-lain tetapi efisiensi.

Namun saya tak hendak menafikan bahwasanya pernah lewat pemahaman kesennian dari pemahaman yang lain, dan itu proses dan perjalanan.
Dunia senni menyaksikan kelahiran dunia baru – kubisme, dadaisme, surialisme, dan futurism. Tidak ada lagi artis yang memotret realitas dengan meniru dan memotret. Jumlah gambar meledak, orang mengabaikan aturan perspektif dan warna digunakan dengan mengabaikan jenis dan pencahayaan.

Gerakan baru dalam arsitektur itu minimalis, melucuti dekorasi sampai kedasarnya mencari desain secara geometri dan harmonis, dan gaya universal yang melewati batas Negara.
Kubisme juga dapat bermain dengan geometri tetapi surialis sungguh-sungguh dibawah sadar dan membiarkan imajinasi mengalir dan sampailah kita pada kesimpulan :
“merangkum semua ide argumentasi dan paradox yang menyindir.”
Maka terbukalah !
Terbukalah terhadap ide.
Terbukalah tehadap cinta.
Terbuka terhadap panggilan dan kehadiran yang lain.
Anda tidak sendirian, terkurung, sel penjara yang hidup.
Kita buka batas-batas terhadap orang lain bisa jadi akan menemukan diri kita sendiri dengan member kepada yang lain, inilah kebebasan yang sejati.
Semoga .
Ilusi menguasai diri kita, kita tidak menguasai nasib kita atau planet ini.
Tidak benar.!!
Semua itu terjadi dengan kita mengalir….

Maman. PS.

Rabu, 16 Oktober 2013

Maman PS Bocah Tua Yang Nakal



Maman PS
Bocah Tua Yang Nakal

Di Surabaya, keluarganya cukup mapan. Tinggal di satu rumah meski tidak terlalu wach, tapi terasa damai dan menyenangkan. Beberapa anaknya yang sudah mentas berkeluarga – sudah tinggal dirumahnya sendiri bersama keluarganya, tapi setiap sabtu bisa dipastikan mereka berkunjung – berkumpul di rumah induk. Itu artinya menghadirkan sang cucu bagi Maman dan Istrinya, melengkapi kebahagiaan keluarga besar ini. Tapi bagi Maman, kebahagiaan ini belum cukup, ada yang kurang baginya karena di keluarga besarnya ini ia ditabukan “melukis”. Rumah ini memang tidak cukup memadai menampung produktifitas karya Maman, bau cat, tumpukan karya, bau minyak, kanvas-kanvas, buku-buku, catalog, dll yang berserakan. Bukan cuma itu, seiring dengan pensiun ibunya anak-annaknya pingin juga Maman – bapaknya, menikmati masa pensiun. Sudah cukup, toh sudah pernah dipuncak karier – relasi hampir semua kota besar telah dijelajahi dengan pameran lukisannya, banyak orang telah mengakui dan berguru kepadanya, ini bukti pensiunan tukang gambar poster bioskop ini bukanlah sekedar tukang gambar, tokoh-tokoh yang mengkoleksi karyanya tak terhitung. Sekarang saatnya menikmati hari tua, maksud anak-anaknya. Tapi Maman PS tak pernah merasa tua. Mau ke Jakarta, mudik ke Klaten atau ke Salatiga, ada urusan ke mana saja ia masih trengginas berangkat sendiri dan sedikitnya seminggu sekali ia pergi pulang Gresik – Surabaya. Ia memilih mengasingkan diri ke studionya di Gresik, demi menyalurkan syahwat melukisnya, sekaligus memperdalam apresiasi dan wawasannya dengan membaca buku di perpustakaan pribadi disitu. Meski kesepian sering juga membayanginya. Selama masih punya kegelisahan – obsesi – seniman tidak pernah selesai. Begitu pikirnya. Bengal dan nakal seperti itu tapi mbah Maman masih tertib, rutin setiap minggu mengikuti senam kesegaran jasmani, setiap pagi jalan sehat kalau tidak gowes – sekedar buang keringat katanya. Dan sebagai bukti bahwa ia Familier – cinta keluarga; menjelang sabtu ia mulai tidak betah di Gresik dan memastikan pulang ke Surabaya, karena saat itulah anak-anak dan cucunya berkumpul.

ooooOoooo


Imam Cb – Teman kecil mbah Maman PS.

Selasa, 15 Oktober 2013

Achmad Husaeini (Kak Mamad)

Dalam keseharianku, ketika aku berkarya, bercengkerama dan berdiskusi ringan baik itu masalah kehidupan, sosial, agama, politik bahkan masalah seni dan peradaban. Achmad Husaeini (kak mamad) adalah seorang teman, kawan, murid dan mungkin juga seorang anak dalam pengertian idiologi berkesenian.Dia adalah sosok yang selalu setia mengikuti, membantu hal-hal kecil yang aku butuhkan. Bahkan dia juga sempat 2 kali membantu ketika aku mengadakan pameran tunggal di Gallery Surabaya.



Maman Ps

Salam budaya,
Pada kesempatan kali pertama postingan ini, saya akan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Tapi sebagai pengantar bahwa blog ini adalah sebuah tempat bagi saya untuk berbagi ilmu dan pengalaman di bidang seni (khususnya seni rupa). Mungkin itulah garis besar inti dari blog ini saya buat.

MAMAN PS (BIODATA)

 PAMERAN BERSAMA
1973-1975    :   Banyak membuat potret hitam dengan arang dan pensil.
1975-1988    :   15 tahun membuat poster bisokop di Jakarta, Semarang, dan Surabaya.
1988               :   Berhenti membuat poster dan pergi ke Ubud-Bali, mencari pengalaman seni.
1993               :   a.    Pameran bersama ekspesi Hitam Putih, bersama Ipe Ma’ruf, Amdo, dan Hariadjie BS, di Gedung Kesenian, Jakarta.
b.    Pameran bertiga menyongsong Tahun baru di Water Park besama S. Karno dan Sigit di Surabaya
1994               :   a.    Pameran bertiga di Surabaya Plaza bersama Soerahman KS dan Thalib Prasojo.
b.    Pameran bersama Garis-Garis 94 di Sinar Supermarket dan Departement Strore, bersama S. Karno, Sigit, dan M. Sa’dan Abdullah
c.     Pameran bersama satu dalam kebersamaan di Balai Budaya Jakarta bersama Ipe Ma’ruf dan kawan-kawan.
1995               :   Pameran bersama Gebyar kemerdekaan 50 tahun Indonesia Merdeka di Manggala Wana Bhati bersama Moses Misdy dan Andi Solas.
1996               :   a.    Pameran bersama pelukis-pelukis Bali di Kari Bali Art Gallery.
b.    Pameran bersama Bulan Seni di Pasar Seni Ancol, Jakarta.
c.     Pameran bersama Abas Alibasyah dkk di Balai Budaya, Jakarta.
1997               :   a.    Pameran dan Lelang lukisan 50 tahun Emas Merah Putih Puputan Margarana di Gedung Deparpostel Jakarta, yang dibuka oleh IB. Sudjana, bersama Jehan, Popo Iskandar, Arie Smith, I Nyoman Gunarsa, Bagong Kusudiharjo, Roediyat Martadiharja, I Made Wianta, Dede Eri Supriya, Mozes Misdy, Vandesterent, Harjono Mochtar Fatah, dan Andi Solas.
b.    Pameran bersama di Gedung Deparpostel dibuka oleh Putra Astaman (Jendral Purnawirawan Polri).
c.     Pameran bersama Djoko Pekik, Maria Tjui, Yurfah Tansil dibuka oleh Soebronto Laras, Pemerhati Seni di World Trade Center, Jakarta.
d.    Pameran Bersama di Helton Executive Club, Jakarta.
e.    Pameran bersama di Pantai Mutiara Jakarta, dibuka oleh Hendro Gondo Kusumo.
1999               :   Pameran Regenerasi bersama Liem Wasim, Samboja, M. Mansyur HB, dibuka oleh Muhammad Assegaf, SH.
2000               :   Jambore Pertama Pelukis Surabaya di Gedung Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Genteng Kali, Surabaya dengan penyelenggara Yunus Yubair.
2000-2007    :   Banyak mengikuti pameran bersama di Jakarta dan Surabaya.
2010               :   a.    Pameran dan lelang lukisan berdua di Tanjung Pinang (KEPRI) dalam rangka pencarian dana event renang selat internasional, dibuka oleh Bapak Djoko (Komandan Lantamal KEPRI)
b.    Pameran bersama Godod Sutedjo di Taman Budaya Jogjakarta.
c.     Pameran bersama “GREEN ART” di Kampung Seni Sidoarjo, dibuka oleh Bapak Bupati Sidoarjo, Bapak Win.
2009-2013    :   Banyak mengikuti pameran di kota Jakarta, Surabaya, Gresik.

PAMERAN TUNGGAL
1997               :   Pameran Tunggal ke-I di Balai Budaya Jakarta dibuka oleh Duta besar Kuwait Mr. Jase MJ Al Mubarakhi.
1998               :   Pameran Tunggal ke-II di Balai Budaya Jakarta, dibuka oleh Istri Duta Besar Colombia Maria Mercedes Angel.
2007               :   Pameran Tunggal ke-III di Balai Jakarta dibuka oleh Abas Alibasya.
2009               :   Pameran Tunggal ke-IV di Gallery Surabaya dibuka oleh Bapak Bagus Purnomo (Kepala Badan Dinas Seni, Budaya, Perfilman, Pariwisata Jawa Timur).
2013               :   Pameran Tunggal ke-V (sedang berlangsung), dibuka oleh

ALAMAT RUMAH, ALAMAT SANGGAR, TELEPON, dan E-MAIL
-          Alamat Rumah      :   Jl. Kapasari IV No.29 Surabaya
-          Alamat Sanggar     :   Jl. Tanjung Wira VI No.31 GKB Gresik
-          Telepon                   :   085 231 570 387
-          e-mail                       :   mamanps29@yahoo.com