Maman PS
Bocah Tua Yang Nakal
Di Surabaya, keluarganya cukup
mapan. Tinggal di satu rumah meski tidak terlalu wach, tapi terasa damai dan
menyenangkan. Beberapa anaknya yang sudah mentas berkeluarga – sudah tinggal
dirumahnya sendiri bersama keluarganya, tapi setiap sabtu bisa dipastikan
mereka berkunjung – berkumpul di rumah induk. Itu artinya menghadirkan sang
cucu bagi Maman dan Istrinya, melengkapi kebahagiaan keluarga besar ini. Tapi
bagi Maman, kebahagiaan ini belum cukup, ada yang kurang baginya karena di
keluarga besarnya ini ia ditabukan “melukis”. Rumah ini memang tidak cukup
memadai menampung produktifitas karya Maman, bau cat, tumpukan karya, bau
minyak, kanvas-kanvas, buku-buku, catalog, dll yang berserakan. Bukan cuma itu,
seiring dengan pensiun ibunya anak-annaknya pingin juga Maman – bapaknya,
menikmati masa pensiun. Sudah cukup, toh sudah pernah dipuncak karier – relasi
hampir semua kota besar telah dijelajahi dengan pameran lukisannya, banyak
orang telah mengakui dan berguru kepadanya, ini bukti pensiunan tukang gambar poster
bioskop ini bukanlah sekedar tukang gambar, tokoh-tokoh yang mengkoleksi
karyanya tak terhitung. Sekarang saatnya menikmati hari tua, maksud
anak-anaknya. Tapi Maman PS tak pernah merasa tua. Mau ke Jakarta, mudik ke
Klaten atau ke Salatiga, ada urusan ke mana saja ia masih trengginas berangkat
sendiri dan sedikitnya seminggu sekali ia pergi pulang Gresik – Surabaya. Ia
memilih mengasingkan diri ke studionya di Gresik, demi menyalurkan syahwat
melukisnya, sekaligus memperdalam apresiasi dan wawasannya dengan membaca buku
di perpustakaan pribadi disitu. Meski kesepian sering juga membayanginya.
Selama masih punya kegelisahan – obsesi – seniman tidak pernah selesai. Begitu
pikirnya. Bengal dan nakal seperti itu tapi mbah Maman masih tertib, rutin
setiap minggu mengikuti senam kesegaran jasmani, setiap pagi jalan sehat kalau
tidak gowes – sekedar buang keringat katanya. Dan sebagai bukti bahwa ia
Familier – cinta keluarga; menjelang sabtu ia mulai tidak betah di Gresik dan
memastikan pulang ke Surabaya, karena saat itulah anak-anak dan cucunya
berkumpul.
ooooOoooo
Imam Cb – Teman kecil mbah Maman
PS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar